85% Lagu Cinta [BAHASA INDONESIA version]


85% Lagu Cinta
oleh Yulia Sutjahjono


(Courtesy Google Image)

Hari dimulai dengan indah, pagi yang manis. Anne Sanders, 21 tahun, memulai harinya dengan memainkan suling kesayangannya. Ia cukup sering memainkan sulingnya tersebut, hampir setiap pagi. Ia sangat senang menyanyikan lagu-lagu bergenre rakyat Irlandia (folk), seperti salah satu band kesukaannya yang berasal dari Irlandia; The Corrs. Ia juga sangat menyukai dunia musik, terkhusus musik rakyat seperti dari Irlandia tersebut. Karena kecintaannya pada dunia musik, maka ia memilih untuk kuliah di jurusan Ilmu Musik di Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat. Dalam hidupnya, ia sangat suka menciptakan lagu, puisi, atau cerita yang ditulis berdasarkan kesehariannya atau apa yang ia tengah rasakan. Contohnya, saat ia mendengarkan kicauan burung, maka ia akan membuat sebuah lagu tentang kicauan burung.
Anne merupakan sosok gadis yang pendiam, ia lebih suka menyendiri. Mungkin karena ia tidak tahu siapa orang tuanya, ia hanya memiliki nenek yang telah membesarkannya sejak ia masih kecil. Ia tidak memiliki orang tua karena orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil saat usianya masih balita. Maka dari itu, karena ia tidak memiliki peran orang tua, ia menjadi gadis yang sangat pendiam, menjadi pribadi yang tertutup. 
Anne juga gadis pemalu. Terlebih untuk sesuatu yang berhubungan dengan perasaannya. Saat ia mengagumi seseorang sewaktu masih duduk di bangku SMA, ia mengagumi teman sekelasnya bernama Nicolas White, tapi ia tidak dapat mengungkapkannya perasaannya pada Nicolas. Anne tidak pernah melakukannya, sama sekali. Maka dari itu, ia hanya mengungkapkan perasaannya ke dalam sebuah lagu atau puisi dan hanya itu yang bisa ia lakukan. Tiap kali ia jatuh hati pada seseorang, ia selalu menumpahkan perasaannya sebagai sebuah lagu dan puisi atau sajak. Ia lebih memilih untuk menyatakannya lewat kata-kata daripada dengan cara lain.
Hari ini, Anne berniat pergi ke perpustakaan. Sudah lama sekali ia tidak kesana. Namun demikian, disana, cinta datang tanpa diduga-duga. Anne terlihat senang dan bersemangat. Ia tidak mendapat sekarung uang atau bunga mawar yang misterius. Semua itu hanya karena ada seorang laki-laki tampan nan rupawan yang ada didepannya saat ini. Lelaki ini menolong Anne mengambilkan buku-buku Anne yang berantakan saat jatuh ke lantai. Sejak kejadian itu, Anne jatuh cinta dengan mudahnya pada laki-laki tersebut.
“Ya Tuhan! Ini indah sekali. Ia sangat tampan. Aku rasa aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya.”, ucap Anne dalam hatinya. Tapi ia mengucapkan terimakasih kepada lelaki tersebut “Terimakasih”
“Sama-sama. Hati-hati. Oh gawat! Aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa”, balas lelaki tersebut tapi lalu ia kemudian pergi.
Anne dengan cepat menjadi gila bukan kepalang. Lalu, ia terus menerus tersenyum tanpa henti. Melihat pemuda tadi, ia seakan memiliki kebahagiaan yang tiada tara. Sejak itu, ia mungkin sudah benar-benar jatuh hati pada pandangan pertama.
Jam makan siang pun tiba. Anne makan siang di kantin kampusnya. Seperti biasa, tanpa teman, tiada yang bersama Anne, hanya ia dan dirinya sendiri. Ia tidak banyak teman hanya karena ia merasa lebih nyaman sendirian dan juga melakukan apapun sendirian. Dimana saat itu begitu banyak mahasiswa yang lalu lalang di kantin, tapi Anne tetap merasa bahwa ia lebih baik sendiri, karena ia merasa ia tidak perlu membuang lima belas menitnya hanya untuk mengobrol dengan teman-temannya.
Setelah makan siang, ada satu mata kuliah yang harus Anne datangi. Ia harus bergerak cepat. Tapi sebelum perkuliahan dimulai, dan sambil menunggu dosennya datang, Anne menulis kata-kata romantis untuk menambah koleksi lirik-lirik lagunya. Ia melakukannya karena ia telah menemukan seorang laki-laki tampan di perpustakaan tadi pagi, jadi ia tuliskan ke dalam sebuah lagu untuk mengungkapkan perasaan bahagianya. Ia tulis satu demi satu kata-kata romantis nan elok. Setelah beberapa lirik tertulis, tidak berselang lama dosennya datang, Anne pun berhenti menulis sesaat dan justru siap materi menerima perkuliahan siang ini.

Di rumah, di kamarnya, sebelum tidur, Anne tetap memikirkan laki-laki tampan yang menolongnya di perpustakaan tadi pagi. Sepertinya ia tidak akan pernah lupa akan lelaki tersebut. Pemuda rupawan. Tinggi, tampan, mengenakan kacamata, dan sangat tampan. Ia juga memiliki senyum yang manis. Benar-benar laki-laki yang mengagumkan. Saat itulah, Anne menjadi lebih sering memiliki suasana hati yang baik, karena ia merasa bahagia. Terlebih, tiap kali bayangan pemuda tersebut hinggap di kepala Anne, ia menjadi gugup. Benar-benar aneh.
“Laki-laki itu terlalu tampan untuk dilupakan”, kata Anne sambil menatap ke arah langit malam yang dipenuhi kemerlap bintang.

Hari berikutnya, sebelum berangkat ke kampus, Anne menyempatkan diri untuk sarapan bersama neneknya. Mereka makan roti baguette dan jus jeruk. Meskipun hanya itu, tapi itu benar-benar enak. Tapi ada sesuatu yang berbeda dari Anne pagi ini. Ia tersenyum tiada henti. Alhasil, neneknya bertanya kepadanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.
“Sudah lama sekali Nenek tidak melihatmu tersenyum lebar seperti itu. Ada apa ? Apa semua baik-baik saja?”, tanya Neneknya.
“Ya, baik-baik saja kok, Nek. Aku hanya sedang bahagia saja saat ini. Mungkin karena aku menemukan sesuatu yang luar biasa kemarin”, Anne menjawab sambil mengunyah rotinya.
“Kamu dapat uang? Atau hadiah?”, tanya Neneknya lagi.
“Bukan. Tidak sama sekali.”
“Lalu, apa? Katakanlah”
“Aku tidak tahu. Aku tidak bisa katakan sekarang. Akan aku ceritakan nanti secepatnya, oke?”
“Baiklah. Oh  Sudah jam 7 kurang 15 menit. Kamu harus pergi sekarang! Atau dosenmu akan marah padamu karena tidak ada mahasiswa di kelasnya.”
“Baiklah. Aku pergi dulu. Sampai nanti! I love you, Nek !”, kata Anne sambil masih tetap merasa kegirangan.
“Sampai jumpa! Belajar yang baik yaa”, jawab Neneknya yang juga ikut tersenyum lebar.

Di kampus pagi ini, Anne tidak melihat si lelaki spesial yang ia temui di perpustakan kemarin pagi. Tapi hidup memang penuh kejutan. Setelah kuliah selesai, ketika Anne duduk dekat air mancur taman di fakultasnya, lelaki spesial itu muncul lagi dan malah duduk tepat di sebrangnya. Tentu saja, Anne dengan seketika menjadi bahagia karena di tempat yang sama ia bisa menghirup udara yang sama dengan laki-laki tersebut. Tapi Anne hanya memandanginya saja. Dan seperti yang biasa, ia hanya bisa melakukan apa yang bisa ia lakukan; mengekspresikan perasaannya lewat sebuah lagu, lagu cinta. Ia lalu mengambil secarik kertas dari buku catatannya dan memulai menuliskan sebuah kata yang berasal dari dalam perasaannya. 
Ia menulis “Ia datang lagi. Aku bahagia. Oh Tuhan, ia begitu rupawan. Senyumnya begitu indah. Ia begitu baik. Aku mengaguminya.

Hari berganti. Bulan juga telah berganti, namun Anne masih menjadi pengagum rahasia seorang laki-laki yang ia temui di perpustakaan dua bulan lalu. Ya, ia sudah mengaguminya selama dua bulan lamanya, cukup lama. Tapi sampai saat ini ia tidak tahu siapa nama pemuda tersebut. Sayang sekali! 
Di perpustakaan siang ini, Anne sedang belajar, mengerjakan tugas kampus. Ketika ia sedang membaca sebuah buku musik genre pop, tiba-tiba ia memikirkan sesuatu, bayangan laki-laki itu muncul lagi. Lalu, ia menulis sebuah puisi, lagi dan lagi tentang perasaannya. Mungkin ia merindukan pemuda itu. Rasa kagumnya kepada sang lelaki tersebut semakin hari semakin bertambah menjadi besar dan sangat besar.
Kemudian ia tuliskan kata, “Dua bulan telah berlalu. Aku belum tahu. Nama itu. Aku tidak tahu. Nama depanmu. Siapa dirimu ? Aku mencintaimu…
Setelah itu, Anne melihat lelaki yang sedang ia bicarakan dalam puisinya, lelaki itu duduk tepat di depan dirinya. Lelaki itu duduk sendirian. Ia terlihat sedang mengerjakan sesuatu, seperti tugas kuliah karena ada banyak buku yang berada didekatnya, buku-buku politik. Ia mungkin mahasiswa jurusan Ilmu Hukum. Untuk selamanya, Anne tetap diam, padahal ini kesempatan yang bagus untuknya. Tapi ia lebih memilih diam. Kemudian, suara telepon berdering dari saku celana lelaki tersebut, dan ia pergi untuk mengangkat telpon itu tapi ia meninggalkan buku-bukunya di meja. Meskipun Anne masih tidak punya nyali untuk mendekati lelaki itu, tapi sepertinya buku-buku tersebut juga bisa menjadi kesempatan yang bagus untuknya. Ya, kesempatan yang bagus untuk mengetahui siapa nama lelaki itu. Anne membuka salah satu buku tersebut. Ia tahu ini agaknya aneh tapi mau bagaimana lagi. Dan setelah mengendap-endap selama beberapa detik, akhirnya Anne mendapatkannya! Ia sekarang tahu nama pemuda tampan itu. Dan kemudian ia memiliki ide untuk menambahkannya ke dalam puisinya yang sempat ia tulis tadi.
Anne menambahkan dan mengganti sedikit, “Dua bulan telah berlalu. Sekarang aku tahu. Nama itu. Nama depanmu. Aku mengagumimu… Mario.

Satu pekan kemudian, saat Anne pergi ke perpustakaan lagi, ia melewati sebuah papan informasi. Ia membaca salah satu dari pamflet yang tertempel disana. Ternyata ada kontes membuat lagu, membuat lagu cinta. Temanya adalah “Pengalaman Cinta Yang Mengagumkan”. Tanpa berpikir panjang, ia lalu mendaftarkan diri ke dalam kompetisi tersebut.
Kompetisi tersebut akan berlangsung dua minggu lagi. Tapi Anne sudah siap dengan lagunya dan ia akan menyanyikannya sendiri, dan tentunya dengan lagu yang telah ia ciptakan sendiri. Ia memberi judul “Harmoni Untukmu” untuk lagunya tersebut. Lagu tersebut ia ciptakan sesaat setelah ia mengetahui nama Mario, si pemuda yang telah lama ia kagumi. Entah mengapa sejak mengetahui nama tersebut, rasa kagum Anne kepada pemuda tersebut semakin menjadi-jadi. Begitulah kiranya cinta!
Kompetisi dimulai. Anne mendapat giliran nomor 8. Ia akan bernyanyi sambil memainkan alat instrumen suling. Ia tidak berharap banyak untuk menjadi pemenang karena pada dasarnya ini merupakan kegemarannya; menciptakan lagu dan bernyanyi, dan ia suka melakukan semua itu. Terlebih, ia suka menulis lirik lagu romantis dan juga puisi romansa untuk Mario, idolanya yang telah ia kagumi selama lebih dari dua bulan.
Giliran Anne tiba. Ia bernyanyi dan memainkan sulingnya agar lebih sempurna. Ia menyanyikannya dengan sangat baik. Dengan sentuhan musik folk Irlandia, lagu tersebut terdengar begitu indah dan merdu.

Sudah lama aku menulis lagu cinta ini
Kepada semua orang yang aku cintai
Kepada burung-burung yang berkicauan silih berganti

Setiap hari, setiap pagi, setiap malam, aku menulis lirik
Tapi sejak kau ada disana, semua menjadi lebih baik
Aku tak tahu mengapa, ini begitu istimewa
Kau hadir, memberiku semangat untuk hati dan jiwa

Aku menciptakan lagu untuk siapa saja
Tapi ketika aku menemukanmu, lagu ini hanya untukmu
Aku hanya menciptakan delapan puluh lima persen untukmu
Meski hanya itu, tapi kuberikan seratus persen cintaku padamu
Dari hati yang paling dalam,
Mario... Aku mengagumimu…

Setelah menyelesaikan lagu tersebut, penonton dan juri memberikan apresiasi kepada Anne. Benar-benar mengagumkan! Semua orang memberi tepuk tangan untuknya. Anne begitu senang dan lega karena ia menyanyikannya dengan sangat mudah. Tanpa kendala. Meskipun ini sebuah rahasia, tapi yang terpenting adalah bahwa Anne sudah berani mengungkapkan perasaannya terhadap Mario lewat lagu itu. Dan ia berhasil melakukannya!
Pengumuman pemenang diumumkan di hari yang sama. Anne tidak mendapat gelar sebagai juara, namun lagunya memenangkan kategori “Lirik Lagu Terbaik”. Ia tentunya sangat senang meskipun ia tidak mengharapkan hal itu terjadi. Ia tetap bersyukur.
Sesaat setelahnya, dari kejauhan, si laki-laki istimewa, Mario, mendekati Anne dengan tanpa keraguan.
“Selamat ya!”, kata Mario
Anne begitu terkejut karena tiba-tiba laki-laki itu ada disana, ya yang istimewa itu, laki-laki yang ia kagumi, sangat ia kagumi; Mario. Ia memberikan selamat kepadanya.
“Maaf. Kamu siapa? Selamat untuk apa?”, jawab Anne dengan wajah tanpa dosa.
“Kamu yang menang kategori lirik terbaik tadi, kan? Aku Mario”, jelas Mario.
“Nama Mario bukan cuma kamu”, jawab Anne agak ketus.
“Baiklah kalau begitu. Tapi aku yang selalu pergi ke perpustakaan. Aku kuliah hukum yang mana aku sangat membencinya. Aku lebih suka membaca novel karangan Victor Hugo dan Guy de Maupassant. Aku juga suka menulis puisi. Karena itu mungkin kamu sudah pernah melihatku melakukannya. Dan aku, aku yang menolongmu merapihkan buku-bukumu yang berjatuhan di perpustakan waktu itu. Aku tahu, pertemuan ini begitu aneh, ya kan? Seperti yang ada di film drama. Tapi… hmmm… senang berkenalan denganmu”, ungkap Mario
Anne sangat terkesan dan pipinya begitu merona oleh karenanya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu.
Setelah momen itu berlangsung, mereka keluar dan duduk berdua di taman. Kemudian mereka saling berkenalan. Pertemuan mereka memang sangat aneh. Tapi berkat lagu cinta yang diciptakaan Anne dan ia nyanyikan sebelumnya, dapat membuat mereka menjadi saling tahu satu sama lain. Yang terpenting adalah akhirnya Anne bisa mendapat kesempatan berkenalan langsung dengan Mario, pujaan hatinya.
“Bagaimanapun juga, aku suka lagumu. Sangat harmonis, apalagi liriknya dan juga alunan musiknya. Sangat indah. Aku menyukainya”, ungkap Mario yang terkesan dengan lagu ciptaan Anne.
Anne terdiam. Mereka terdiam, selama beberapa menit. Tapi Mario akan mengatakan sesuatu.
“Hei, kamu tahu tidak. Aku menemukan kertas ini di depan ruang tunggu”, ucap Mario sambil memberikan secarik kertas kepada Anne.
“Apa ini? Oh Tuhan! Tidak! Jangan bilang kalau kamu yang menemukan ini? Kamu sudah membacanya ya?”, Anne terkejut. Kertas itu seharusnya tidak dibaca oleh siapapun.
“Ya. Semacam itulah. Kamu begitu baik. Aku berterimakasih padamu karena kamu telah menjadi pengagum rahasiaku”, ungkap Mario.
Ada kejutan, kebahagiaan, dan juga keheningan yang bisa diungkapkan Anne.
Matahari secara perlahan terbenam. Hari ini, pertemuan Mario dan Anne benar-benar sangat mengesankan. Tapi, mereka belum tahu apa yang akan terjadi kepada keduanya setelahnya. Apakah akan menjadi teman, sahabat, atau lebih dari itu? Sesungguhnya, kertas yang Mario temukan adalah tulisan yang Anne ungkapkan. Sebuah harapan kepada sang pujaan hati yang saat itu belum mengenalnya. 
Kalimat tersebut berisikan,
Aku tidak mencintaimu sebanyak 85%. Tapi cintaku bisa sampai 100%, Mario. Aku tidak tahu mengapa
TAMAT


Disclaimer : Cerita tersebut 100% fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, karakter, latar tempat dan lain-lain, maka itu hanyalah kebetulan semata. 

Catatan : Cerita pendek diatas telah memenangkan kompetisi FBS Award Universitas Negeri Semarang tahun 2013 untuk kategori "Cerita Pendek Berbahasa Prancis Terbaik". Penulisnya, Yulia Sutjahjono, saat itu duduk di bangku kuliah semester 5, jurusan Pendidikan Bahasa Prancis. 


Fakta Unik : Yulia Sutjahjono merupakan penikmat musik folk Irlandia dan terkhusus band asal Irlandia; The Corrs.

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan Cerita Bersambung : DOUBLE YU - SEASON 1 (karya Yulia Sutjahjono)

"Langkah-Langkah Menjadi Volunteer (Relawan)" Part 2

Langkah-Langkah Menjadi Volunteer (Relawan) Part 1