Tips-Tips Efektif Belajar Bahasa Inggris
(Courtesy Pinterest) |
oleh Yulia Sutjahjono
Banyak nih yang tanya lewat DM Instagram atau Whatsapp “Yul,
caranya biar bisa bahasa Inggris gimana sih?”. Sebenernya kalau kalian nanya
gue, gue bukan termasuk orang yang tepat untuk mendapat pertanyaan itu.
Mengapa? Pertama, gue bukan lulusan jurusan bahasa Inggris. Kedua, pada
dasarnya belajar bahasa Inggris memang kebutuhan dan sampai sekarang pun gue
masih belajar gimana caranya supaya kemampuan bahasa Inggris gue secara lisan
maupun tulisan terus berkembang.
Tapi karena mungkin beberapa dari kalian pengen tahu bagaimana
cara gue belajar bahasa Inggris, jadi nggak ada salahnya gue buat sharing disini. Di artikel ini, gue akan
kasih tahu cara-cara efektif belajar bahasa Inggris.
1. Luruskan
niat
Ya
betul. Tetapkan dan luruskan niat kalian untuk apa belajar bahasa Inggris. Untuk
gegayaan doang? Atau memang mau bisa bahasa Inggris untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Semua bergantung dari kalian masing-masing. Kalau gue dari
SD memang udah mengenal bahasa Inggris tapi yaa karena tuntutan pendidikan aja.
Dan meskipun Nyokap gue yang jadi sponsor utama gue les bahasa Inggris dari SD
sampai pas udah kerja, tapi gue baru sadar kalau bahasa Inggris emang dibutuhin
banget itu pas SMA. Jadi, sekali lagi, luruskan niatnya mau belajar bahasa
Inggris itu untuk apa.
2. Membuat
target
Di
usia yang udah nggak remaja lagi, gue memprioritaskan bahasa Inggris sebagai
suatu keharusan yang nggak bisa dielakkan lagi. Target gue belajar bahasa
Inggris pun semakin tinggi, yakni untuk bisa melanjutkan studi keluar negeri. Jadi,
kalau memang gue mau diterima di kampus di luar negeri, yaa gue harus lebih
giat lagi belajar bahasa Inggrisnya. Nah, begitu juga dengan kalian. Mungkin buat
kalian yang masih SMA, mengatur kebutuhan belajar bahasa Inggris karena supaya
bisa dapet nilai bahasa Inggris yang bagus di sekolah. Tapi kalau kalian udah
kuliah dan seterusnya, terlebih punya target yang sama kayak gue, pasti kalian
juga mikir kalau bahasa Inggris emang udah harus jadi sahabat yang menemani
kalian kemanapun dan kapanpun kalian berada. Bukankah, begitu?
3. Jadikan
bahasa Inggris bukan hanya kebutuhan semata, tapi juga menjadi sebuah kebiasaan.
Ya,
jadi menjadikan bahasa Inggris itu bukan hanya sebuah kebutuhan aja, melainkan
juga menjadikannya sebagai kebiasaan. Seperti orang tua kita menyuruh kita
mencuci piring sesaat setelah makan, pasti kalau yang punya pembantu langsung
aja piringnya ditaruh di wastafel dan nggak mencucinya. Dan sepengalaman gue
waktu di Jerman, gue jadi terbiasa mencuci piring sesaat setelah makan atau
mencuci semua alat dapur setelah memakainya bahkan membersihkan bagian-bagian
dapur lainnya. Itu semua karena selain tidak ada pembantu, juga memang karena
gue mau nggak mau harus melakukannya. Akhirnya sesuatu yang awalnya berat, lama
kelamaan menjadi suatu kebiasaan. Nah, sama dengan belajar bahasa Inggris. Awalnya
pasti berat banget, grammar nya
susah dan lain sebagainya. Jadi, solusinya adalah mari membiasakan diri dengan
bahasa Inggris itu sendiri agar nantinya menjadi terbiasa dan semakin mudah.
4. Mulailah
dengan yang sederhana
Yap,
tentu aja. Tapi bagaimana memulainya? Gampang. Waktu SMA, gue membuat semacam
jadwal belajar dan daftar PR dan semua ditulis dalam bahasa Inggris. Contohnya dalam
tabel ada keterangan nama mata pelajarannya, trus PR nya apa dan ada kolom “Checklist” yang nantinya di centang
setelah PRnya dikerjakan. Nah mulai dari situlah jadi kebiasaan menggunakan
bahasa Inggris hanya dari hal sederhana seperti demikian. Bisa juga mengatur penggunaan
bahasa di gadget kalian dengan menggunakan bahasa Inggris. Atau juga komputer,
hmm tapi rata-rata kalau komputer atau laptop di Indonesia sudah di setting ke dalam bahasa Inggris. Karena lain
halnya di Jerman yang semua aplikasi menggunakan bahasa Jerman. Nah, jadi
mumpung para teknisi Indonesia sudah berbaik hati men-setting seluruh komponen di dalam komputer dan gadget kita dengan
bahasa Inggris, jadi mari membiasakan diri bercengkrama dengan bahasa Inggris
melalui benda yang kita gunakan sehari-hari.
5. Mendengarkan
lagu dan membaca liriknya
Kayaknya
semua orang bakal ngasih saran ini kalau emang mau bisa bahasa Inggris. Dan yap
bener banget. Eiiiit, tapi jangan cuma mendengarkan aja, baca liriknya juga
dong. Selain melatih kemampuan listening,
membaca lirik dari sebuah lagu saat mendengarkannya juga supaya kita tahu cara
pengucapannya. Terlebih kalau kita nyanyikan, maka kita juga akan melatih
artikulasi dan intonasi kita dalam pengucapan kalimat-kalimat bahasa Inggris
tersebut. Nah trick dari gue nih,
kalau kalian udah terbiasa mendengarkan lagu berbahasa Inggris, coba sesekali
muter lagu yang belum pernah kalian dengar sebelumnya dan coba menerka-nerka
kira-kira liriknya apa. Kalau perlu tulis lirik-lirik yang kalian tebak itu ke
dalam kertas, atau ketik aja di note di hape biar nggak ribet, trus cari deh
lirik lagunya di Google dan cocokkan antara lirik yang kalian buat dengan lirik
yang sebenernya. Dengan begitu, kalian bisa tahu sudah sampai mana kemampuan
kalian dalam hal listening tersebut. “Duh
takut banyak yang salah nih?” Gapapa, kan mencoba dulu. Kalau hal ini kalian
jadikan kebiasaan yang minimal dilakukan seminggu sekali, yakin deh lama-lama
kemampuan mendengarkan kalian akan meningkat. Dan poin ini termasuk cara yang
sampai sekarang gue lakukan. Lagu terbaru yang gue belum tahu liriknya sampai
sekarang dan nggak pernah ngecek di Google adalah lagu Michael Schulte yang judulnya “You
Let Me Walk Alone”. Gue tahu lagu ini dari ajang perlombaan penciptaan lagu
Eurovision 2018 sekitar bulan Mei lalu. Michael Schulte ini orang Jerman dan
mewakili Jerman di ajang itu. Nah, lagunya sendiri sebenernya akustikan pake
piano doang. Gue sebenernya nggak terlalu suka musik yang semacam itu, tapi
karena pas pertama kali denger di Youtube (tanpa pake cc subtitle) gue dengerin
dengan seksama dan gue suka sama liriknya! Akhirnya gue dengerin terus dan mencoba
menerka-nerka liriknya secara utuh. Dan sampai sekarang gue belom tahu liriknya
secara full kayak gimana. Hehehe.
6. Menonton
film dengan subtitle bahasa inggris
Nah
ini nih! The one and only. Sahabat sejati
dari gue masih balita. Yoi, nonton film! Sejak usia 4 tahun, gue emang
kebiasaan nonton film. Buat anak-anak generasi sekarang sih nggak kaget, secara
Youtube udah bisa diakses kapan aja dan dimana aja. Apalagi ke bioskop atau streaming-an. Di jaman gue kecil, di
pertengahan tahun 90an, untuk cari hiburan itu musti keluarin budget yang
lumayan jumlahnya. Beruntungnya gue adalah bahwa keluarga gue emang doyan
nonton film, terutama film-film Hollywood dan berbahasa Inggris. Eh tapi yang
gue tonton waktu gue kecil film-film animasi semua yaa guys, jangan salah heuheu. Gue pun menyadari kalau dari kebiasaan
keluarga gue nonton itulah yang menjadikan gue nggak asing sama bahasa asing
seperti bahasa Inggris. Kebiasaan itu terus menerus gue lakukan sampai sekarang!
Dan nggak cuma nonton aja, film yang akhirnya nggak cuma gue jadikan sebagai
BFF (best friend forever) juga gue jadikan
sebagai media pembelajaran bahasa Inggris yang efektif. Tentunya, awalnya gue
masih pake subtitle tiap kali gue
nonton film berbahasa Inggris. Gue nggak akan bohong “Jangan pake subtitle” terlebih buat yang belum terbiasa belajar
bahasa Inggris lewat film. Jadi, pertama-tamanya gunakanlah subtitle, dan kemudian kalau udah
terbiasa, ganti subtitle yang bahasa
Indonesia jadi subtitle yang
berbahasa Inggris. Tujuannya biar kalian bisa dengan mudah menyamakan antara
yang diucapkan oleh si aktor/aktris dengan kalimat yang ada di subtitle tersebut. Nah baru deh kalau
sudah berangsur-angsur terbiasa, coba menontonnya nggak pake subtitle sama sekali. Kalau gue pribadi,
gue lebih suka nonton dengan subtitle
berbahasa Inggris, tujuannya supaya gue ngerti dulu isi filmnya kayak apa
karena esensi gue nonton film emang yang gue kejar adalah konten filmnya,
belajar bahasa Inggrisnya nomor sekian. Nah, baru setelah gue tahu isi filmnya,
di kemudian hari pas gue mau nonton film yang sama, baru gue ilangin subtitle nya deh. Eh iyaa, nonton film
nggak cuma membantu kita melatih bahasa Inggris aja, tapi juga dapet informasi
tentang kebudayaan yang tersirat didalem film itu sendiri. Misalnya kalau
nonton film-film buatan industry Hollywood, terlebih nonton yang bergenre
Romantic-Comedy (RomCom), akan ada banyak aspek-aspek kebudayaan yang bisa
kalian temui didalamnya. Jadi hiburannya dapet, edukatifnya dapet,
informatifnya juga dapet. Asik kan? Kalau kalian mau baca artikel gue tentang
pengalaman menonton film, coba deh cek link ini!
7. Membaca
artikel di Wikipedia
Yes,
membaca juga sebagai salah satu media yang efektif untuk meningkatkan pemahaman
membaca kalian. Tapi kalau versi gue, gue lebih suka memprioritaskan bacaan
berbahasa Inggris gue dengan membaca artikel-artikel di Wikipedia. Artikel atau
berita lewat Fox atau BBC itu juga, tapi jujur sih itu yang nomor selanjutnya. Kenapa
Wikipedia? Harus banget Wikipedia? Karena menurut gue Wikipedia adalah gabungan
dari banyak artikel dan referensi, jadi lebih praktis. Ya, gue akuin memang
kalau di skripsi pun kita tidak disarankan menggunakan link Wikipedia untuk mengisi
daftar pustakanya, tapi nggak bisa diboongin kalau gue sangat berterimakasih
kepada Wikipedia karena udah banyak membantu gue dalam pemahaman bahasa Inggris
yang konten-konten dan sense
bahasanya bisa dibilang level menengah dan keatas. Biasanya gue browsing aktor dan aktris favorit gue
lewat Wikipeda dan film-film yang baru aja gue tonton. Gue baca satu-satu siapa
yang meranin tokoh A B C, siapa sutradara atau penulisnya, dan kan biasanya
tiap ditulis nama pemerannya ada link yang bisa kita akses, dan masuk ke
halaman Wikipedia lainnya. Contohnya pas gue nonton “The Perks of Being
Wallflower” yang diperanin sama Logan Lerman dan Emma Watson. Setelah baca
artikel tentang filmnya, gue klik ke nama Logan Lermannya dan lain sebagainya.
Jadi, tiap gue buka Wikipedia pasti beranak pinang itu halamannya karena emang
menurut gue baca Wikipedia itu seru banget, apalagi kalau baca hal-hal yang
emang kalian selalu penasaran dengan hal tersebut.
8. Berbicara
dengan diri sendiri dan jangan takut salah
Yessss,
gue pake cara ini dari gue SMA. Bisa dibilang ini agak gila sih, tapi kalau memang
tujuannya buat melatih speaking skill
kita, yaa kenapa enggak? Jadi biasanya gue ngomong sendiri pake bahasa Inggris
kalau lagi cuci piring, lagi di kamar, berdoa sesuatu ke Tuhan, menanggapi
sesuatu di jalan, semua menggunakan bahasa Inggris. Bahkan bergumam pun juga
pake bahasa Inggris, seperti menghitung sesuatu menggunakan bahasa Inggris dan
lain sebagainya. Daaaaan, jangan takut salah! Yessss, jangan takut salah
penggunakaan diksi dan salah menggunakan grammar-nya.
No worries dude! Tujuan ngomong
sendiri juga kan supaya terbiasa berbicara bahasa Inggrisnya kan? Plus, bisa
ningkatin kepercayaan diri kalian.
9. Kursus
Nggak
bisa dipungkiri sih kalau kursus bahasa Inggris juga dibutuhin untuk
menyempurnakan hal-hal yang kita udah lakukan di poin-poin sebelumnya. Gue pribadi
juga dari SD sampai gue kerja (kecuali pas kuliah) selalu dimasukin Nyokap gue
ke kursus bahasa Inggris. Tujuan beliau pengen anak-anaknya punya continuity dalam mempelajari bahasa
Inggris supaya nggak ilang-ilang amat bahasa Inggrisnya. Bisa diaplikasikan ke
kehidupan sehari-hari terlebih untuk skala internasional wah apalagi kalau itu.
Kalau kalian mau tahu dimana aja tempat les nya, gue akan sebutin juga namanya.
Bukan endorse yaa, tapi supaya kalau
kalian penasaran, rasa penasaran kalian juga bisa terjawab disini. Heuheuheu. Karena
gue dari lahir sampai besar di Depok, jadi semua lokasi tempat les gue basisnya
di Depok juga. Waktu SD, gue kursus di tempat les namanya HL atau kepanjangannya High
Learning. Lokasinya di Parung Bingung Depok. Kayaknya sekarang udah
nggak ada deh. Cuma nggak tahu juga apakah mereka masih eksis tapi buka cabang
di kota lain atau gimana, gue belum cari tahu lagi. Pas SMP, gue les di tempat
kursus yang punya guru bahasa Inggris SMP gue. Namanya Victoria Course dan lokasinya di daerah Cipayung, Bojong
Gede Depok. Gue les disitu sampai kelas 2 aja karena kelas 3 nya gue ambil
bimbel buat persiapan menghadapi UN kala itu. Pas SMA, gue les di dua tempat
berbeda. Pas kelas 1 SMA alias kelas 10 semester 1 gue les di ILP (International Learning Program)
yang di cabang DTC daerah Mampang Depok. Tapi biaya lesnya dirasa terlalu
tinggi dan jadwal les nya kala itu kurang sesuai sama jam sekolah gue juga. Akhirnya
gue pindah ke School of English
(sekarang namanya jadi Beacon English), yang lokasinya dekat SMA gue (SMA
Sejahtera 1 Depok) di Jalan Nusantara Depok. Disitu gue les dari kelas 10
semester 2 sampai kelas 12 semester 1. Lumayan lama juga dan itu bisa dibilang
les bahasa Inggris paling lama yang pernah gue lakukan. Bukan endorse nih, tapi biaya kursus disitu
terbilang cukup terjangkau dengan para pengajarnya yang cukup berkompeten. Lokasinya
juga dekat sekolah jadi gue bisa lebih mudah aksesnya. Dan yang terakhir dan
terbaru adalah di EF English Center
for Adults cabang Kuningan City Mall, Jakarta Selatan. Gue les disini
karena bisa dibilang nggak sengaja. Jadi ceritanya gue emang niat mau les lagi
karena mau memperdalam bahasa Inggris gue yang amburadul karena 5 tahun kuliah bahasa
Prancis dan terkena efek bahasa Vietnam sewaktu jadi volunteer disana (gue
emang gampang banget kena pengaruh dari bahasa asing yang membuat konsentrasi
gue terpecah belah). Waktu placement test
di EF bareng temen gue, di saat yang bersamaan gue juga keterima kerja di TK
bilingual di daerah Sentul, Bogor. Akhirnya mau nggak mau gue harus melatih
bahasa Inggris gue lagi. Fix lah
nggak berapa lama gue placement test
di EF dan memutuskan untuk ambil kursusnya. Nah banyak yang salah paham nih
selama gue les di EF. Pas gue kasih tahu biaya les disitu berapa, mereka
langsung komen “Bukannya EF nggak segitu yaa?” atau “Lu kok jauh banget sih les
sampe Kuningan? Kan di Depok ada”. Jadi biar gue luruskan yaa teman-teman,
kalau EF yang gue les di Kuningan City Mall itu bisa dibilang kursus bahasa
Inggris untuk mahasiswa dan karyawan. Dan yang membedakan dengan EF cabang-cabang
lainnya adalah akses dan fasilitas yang dikasih EF EC tersebut. Namanya aja
juga agak beda dikit meskipun sama-sama pake nama EF. Tapi kalau yang di
ruko-ruko itu EF biasa, bisa buat anak-anak kecil sampai anak sekolah menengah
atas, sedangkan yang di Kuningan City itu nama lengkapnya EF English Center
for Adults. Beda kan namanya? Meskipun logonya juga sama, tapi sistemnya
berbeda. Kalau di EF EC, kalian harus ngerjain tugas dulu secara online dan
kita mengistilahkannya iLab. Jadi kalau
lagi ketemu siswa lain lagi ngobrol-ngobrol santai trus tiba-tiba nyindir “Lu
udah ngerjain iLab belum?” wah itu rasanya mood langsung berubah seketika hahaha.
Nah setelah ngerjain iLab dan komplit 1 unit, kalian bakal dapet kupon buat
masuk ke kelas tatap mukanya. Tiap unit yang telah selesai dikerjakan dapet
masing-masing 1 kupon untuk masuk kelas Life Club (semua level dan kapasitas
25-30 orang), Workshop (level yang sama dengan kita dan kapasitas siswa
25-30), dan Face To Face (level yang sama dan kapasitas siswa maksimal 6
orang). Selama di EF EC juga ada banyak kegiatan-kegiatan diluar kelas. Misalnya
waktu itu gue ikut outing ke Ice Skating di Mall Taman Anggrek. Nggak cuma main-main
aja, tapi gue bisa kenalan sama anak EF EC dari cabang lain salah satunya dari
cabang Mall Taman Anggrek atau dari cabang The Plaza dan lain sebagainya. Jadi
bisa dibilang les di EF EC itu kayak sekolah, kenalan sama siswa-siswa lain,
ada kelas Ekstra juga, field trip,
dan masih banyak lagi. Kalau ditanya biaya, gue kasih perkiraan aja yaa, dan
kayaknya yang sekarang harganya pun mungkin berbeda. Kalau dulu gue bayar 16
jutaan untuk jangka waktu 1 tahun. Mahal? Ya jelas. Tapi gue ngerasain benefit-nya selama les disitu. Sekali lagi
bukan endorse yaa, tapi gue memang
bener-bener ngerasain perbedaan bahasa Inggris gue sebelum les disitu dan
setelah lulus dari situ.
10. Cari
teman yang mau diajak ngobrol pake bahasa inggris
Nah
ini masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Jadi gue emang sebenernya saranin
kalian untuk kursus supaya kalian punya teman sekelas yang bisa kalian ajak
bicara bahasa Inggris juga. Dengan begitu perkembangan belajar bahasa Inggris
kalian akan jauh lebih efektif dan meningkat dari sebelumnya. Ingat, jangan
takut salah grammar atau vocabulary, ngomong aja yang penting
percaya diri. Nanti kalau bicara sama temannya juga pasti salah satu atau
masing-masing saling ngasih koreksi. Dan kalau diberi koreksi jangan
tersinggung yaa, karena itu bagian dari proses pembelajaran.
11. Jangan
mencampuradukan bahasa Inggris dengan bahasa asing lainnya
Yap,
ini salah satu tips yang mau gue bagikan yang sebenernya gue alami sendiri. Jadi,
gue dulu kuliah bahasa Prancis di salah satu universitas negeri di Semarang. Selama
gue kuliah, bahasa Inggris gue ancur melebur. Meskipun waktu ada mata kuliah
bahasa Inggris di kampus dan nilai gue dianggap cukup oke, tapi gue tetep
merasa bahasa Inggris gue ancur parah. Dibuktikan dengan eksistensi bahasa
Inggris di otak gue yang nggak tahu kemana sewaktu gue jadi volunteer di Hanoi,
Vietnam. Jadi, dari Indonesia gue udah prepare
bahasa Prancis gue sedemikian rupa (karena gue jadi asisten pengajar bahasa
Prancis di salah satu SD di daerah Tay Ho), eh ternyata gue tinggal di asrama
relawan bersama dengan para volunteer lainnya yang berasal dari berbagai macam
negara yang ada di muka bumi ini. Ada yang dari Jerman, Prancis, Austria, Finlandia,
Swedia, Denmark, Mexico, Colombia, Jepang, Australia, dan masih banyak lagi. Otomatis
gue harus berkomunikasi dengan bahasa Inggris dong. Tapi gue sadar selama gue
tinggal di asrama itu, gue mungkin orang yang paling bego bahasa Inggrisnya. Dan
jujur untuk memfokuskan antara penggunaan bahasa Prancis dan bahasa Inggris secara
bersamaan itu sangat-sangat sulit. Karena keduanya aja beda banget. Lebih parah
lagi gue terkena dampak cukup kental dengan bayang-bayang bahasa Vietnam yang
cukup unik di telinga. Belum lagi gue ketemu temen-temen baru dari Korea
Selatan, mereka ngajarin juga bahasa Korea ke gue selama disana. Maka semuanya semakin
hancur lebur. Makanya, ketika pulang ke Indonesia gue emang mau ambil kursus
bahasa Inggris lagi dan yang di poin 9 yang tadi gue jelasin itulah yang
akhirnya terjadi. Dan secara personal, gue orangnya emang cepat belajar bahasa
baru, tapi kelemahannya adalah bahasa yang udah jadi makanan sehari-hari jadi
menurun kualitasnya akibat mempelajari bahasa asing baru. Hal ini sebenernya
normal aja, manusiawi kok. Tapi emang gimana harusnya gue me-maintain semua hal itu secara efektif
dan praktis. Sama halnya selama gue tinggal di Jerman, mau nggak mau bahasa
Prancis yang jadi korban. Awal-awal bahasa Inggris yang Alhamdulillah sudah membaik, jadi lumayan stabil meskipun gue
belajar bahasa Jerman, tapi yang kemudian jadi korban adalah kemampuan bahasa
Prancis gue yang tadinya B2 langsung anjlok ke A1. Naas memang tapi ya mau gimana
lagi. Nah, baru pas mau traveling ke Paris, gue melatih lagi bahasa Prancis gue
dan mengesampingkan bahasa Jerman untuk sementara waktu. Alhamdulillah dengan dilatih selama tiga minggu, kemampuan bahasa
Prancis gue jadi A2 atau B1 lagi. Tapi nggak sampai disitu, belum lagi
ketertarikan gue untuk belajar bahasa asing lainnya, contohnya gue sempet belajar
juga bahasa Irlandia, Italia, dan Korea. Tapi semua itu akhirnya cuma jadi
bumbu-bumbu tambahan aja dan nggak terlalu serius gue pelajari karena emang
sekarang fokusnya ke bahasa Inggris aja. Intinya, saran gue, kalau kalian belum
siap menampung satu bahasa asing, jangan belajar bahasa asing baru sebelum
kalian bener-bener stabil sama satu bahasa asing tersebut. Oke?
12. Ikhlas
Eh jangan
salah, apapun yang kita pelajari kalau kita kurang ikhlas maka bisa jadi kurang
maksimal hasilnya. Jadi, sebelum melakukan hal-hal diatas, terutama di poin 1,
sebelum meluruskan niat, maka harus berusaha ikhlas setiap mau belajar bahasa
Inggris. Kemudian diingat-ingat lagi kalian belajar bahasa Inggris itu buat apa
dan untuk siapa. Dan ikhlas memang jadi salah satu kunci menurut gue. Karena dengan
ikhlas maka proses belajar juga makin lancar, dan juga jadi berkah buat kita
karena memang niatnya cari ilmu dan menambah wawasan.
Itu aja sih tips-tips efektif belajar bahasa Inggris versi
gue. Panjang yaa? Hehehe maafkan yaa. Tapi memang gue mau sharing ini sejak lama dan semakin banyak yang tanya soal gimana
belajar bahasa Inggris versi gue. Gue pun menyadari kalau cara belajar orang pasti
beda-beda. Jadi meskipun secara panjang lebar gue jelasin diatas, tapi kalau salah
satu dari kalian ada yang kurang cocok mengaplikasikan salah satu atau banyak
dari poin tersebut, maka hasilnya juga akan berbeda. Jadi, bagaimana kalian
mengatur cara belajar yang paling nyaman aja buat kalian. Tapi gue akan senang
kalau kalian bisa mencoba salah satu atau banyak dari poin-poin gue diatas.
So, kalau cara belajar kalian gimana? Sharing dong disini
supaya kita bisa saling belajar bahasa Inggris lebih baik lagi. Ditunggu comment
dan sharing-nya J
➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡
(Salzburg, Austria) |
Halo, namaku Yulia Sutjahjono. Aku lahir dan besar di Depok,
Jawa Barat. Aku merupakan lulusan program studi Pendidikan Bahasa Prancis UNNES
angkatan 2011. Aku juga merupakan peraih beasiswa relawan dari pemerintah
Republik Federasi Jerman bernama “Bundesfreiwilligendienst
Welwärts Programme “ angkatan 2017-2018. Menulis adalah kegemaranku sejak
usia 11 tahun. Aku banyak menulis artikel di blog ku, seperti artikel tentang
pengalaman traveling, pengalamanku menjadi volunteer atau opini-opiniku lainnya. Aku
juga telah mempublikasi sebuah buku berjudul “Lost in Hanoi : Catatan Perjalanan Seorang
Relawan”. Mau tahu isi bukunya gimana? Klik aja langsung di link ini.
Comment dan Share blog ku yaa kalau kalian suka. Selamat membaca! J
Comments
Post a Comment